Orang bilang masa-masa SMA adalah masa
yang paling berharga dan tidak akan bisa terulang lagi. Aku merasakannya sangat
merasakan dan merindukan masa itu. Saat aku dan teman-teman tertawa di ujung
kelas, saat aku dan teman-teman membuat hal gila.
Populer? Siapa bilang. Semua orang bisa
populer asalkan jangan pernah menghilangkan adab-adab yang berlaku. Kegilaan
yang kita lakukan bukan semata untuk mencari ketenaran ataupun agar di anggap
eksis di lingkungan sekolah. Kita memang begitu adanya, kegilaan dan kekonyolan
yang kita lakukan tak ada maksud lain melainkan itulah sifat kita, walaupun
beberapa dari kami memang jutek, dan itu mungkin termasuk aku.
Kantin memang banyak keterkaitannya
dengan kehidupan siswa pada saat itu. Ketika merasa bosan, kantin menjadi
tempat tujuan utama. Ketika siswa merasa tidak nyaman dengan guru mata
pelajaran tertentu, kantin menjadi tempat mengadu dan yang menjadi guru,
siapalagi kalau bukan ibu kantinnya, bahkan siswa lebih dekat dengan pemilik
kantin daripada guru yang konotasinya adalah orangtua siswa selama disekolah.
Berbeda dengan siswa yang manghabiskan
waktunya dikantin, ada siswa aktivis yang kesehariannya adalah
sekolah-rapat-pulang-sekolah-rapat-pulang. Bahkan sampai tak kenal waktu ketika
rapat mulai membahas hal yang uptodate. Mereka pada dasarnya tidak mau
tertinggal info, baik kisruh tentang sekolah, guru ataupun siswa yang terlibat.
Tetapi, keaktifan mereka bukan hanya pada organisasi saja melainkan bidang
akademik mereka pun patut di acungi jempol. Walaupun tak seperti SMA pada
umumnya di kota, serupa tapi tak sama, itulah mereka ‘kader SMAN 1’
yang mampu mengharumkan dan memperbaiki citra almamater sekolah.
Kisah tentang Indahnya masa putih abu
memang tak akan ada habisnya. Bahkan kisah itu akan selalu menjadi memori dan
terukir di benak kita sepanjang hidup nanti. Apalagi, masa itu adalah masa
akhir remaja mencari jati diri dan sudah memiliki rencana untuk hidupnya dimasa
akan datang. Karier dan kebahagiaan kedua orangtua selalu di prioritaskan.
Kegalauan anak SMA saat itu adalah satu
kata yang bila dibahas tak pernah bosan dan tak ada ujungnya, ya “CINTA”. Aku
pernah merasakan cinta, dicintai bahkan pacaran, iya.. ketika SMA aku
merasakannya. Sama seperti teman-temanku saat itu. Cara mereka berpacaran, cara
mereka mengungkapkan rasa sayang terhadap pasangannya. Tapi, entah mengapa aku merasa
risih ketika melihat temanku asik berpacaran didepan umum. Awal cerita cintaku ketika kelas XII SMA, aku tanpa sengaja bertemu dengan seorang laki-laki
aktivis, Ikhwan sebut saja namanya. Lewat salahsatu sahabatku yang sudah
mengenalinya bahkan sahabatku pun jatuh cinta, tapi aku yang jadi sasarannya.
Dimulai saat dia meminta nomor handphoneku melalui sahabatku. Disitulah awal
komunikasiku dan dia berjalan mulus, ya tanpa hambatan sedikitpun.
Setiap
dini hari, dia selalu membangunkanku untuk tahajud. Bahkan ketika jam
istirahat, dia mengingatkanku untuk meluangkan waktu sholat dhuha. Pertama kali
aku merasa risih, tapi lama-kelamaan memudar dan berganti dengan rasa suka. Aku
pikir hanya sekedar suka, namun rasa itu berlanjut menjadi cinta. Entah karena
factor apa, aku selalu berusaha menepis rasa yang kukira tak wajar itu. Aku
takut kalau rasa itu berubah menjadi rasa yang membuat pusing itu, aku takut
untuk jatuh dan tak bisa berdiri seperti semula lagi.
Rupanya
rasa itu tak bersahabat denganku. Caraku untuk menghindar darinya, malah
berbalas rasa rindu yang selalu membuncah. Hal yang tidak pernah aku lupa
adalah ketika rindu yang ada menjadi cara syetan untuk menjauhkan pikiranku
dari Tuhanku. Aku selalu mengambil air wudhu dan kubuka lembaran demi lembaran
mushaf kecilku. Tanpa terasa tetes demi tetes air mataku terjatuh, aku terisak
sedu, saat kuingat dosa-dosaku, bahkan dosaku saat ini ketika air mataku
terbuang sia-sia.
“Apa
ini cinta??” benakku.
Kutorehkan sedikit kata-kata
yang menggambarkan hatiku pada diari kesayanganku. Sejak
saat itu, aku selalu berdo’a : “jika dia benar untukku dekatkanlah hatinya dengan
hatiku. Tapi, jika dia bukan untukku damaikanlah hatiku dengan ketentuanMu”.
Waktu
berlalu begitu cepat, hingga akhirnya aku dipertemukan dengannya disuatu acara.
Hatiku berdegup tak menentu. “ya Allah, aku jatuh cinta padanya karena caranya
mencintaiMu. Tersihir aku melihat kesopanannya, kesholehannya” tanpa disadari
aku mengucapkan kata-kata itu, buru-buru aku beristighfar. Tapi hati memang tak
bisa dibohongi kalau aku jatuh cinta melihat kesholehannya..
Memang bukan hal yang salah. jatuh
cinta, bukan hal tabuh juga dikalangan para remaja. Yang tidak biasa adalah
aku, ya aku yang merasakan jatuh cinta untuk yang pertama kalinya. Dan yang aku
rasakan adalah ketakutan yang besar akan cinta yang tak suci lagi. Dengan
tenang tapi memang tak tenang, kucoba untuk putar balik kemudi hati ini, agar
rasa cinta ini tetap terarah padaNya. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar