Kamis, 19 April 2012

Dialog Ikhwan (sok) Labil dan Ikhwan (agak) Labil.

Selepas shalat Zhuhur, para ikhwan tidak langsung beranjak dari masjid. Seperti biasa, mereka saling membentuk kelompok-kelompok kecil dan memperbincangkan banyak hal. Begitu pula yang kini dilakukan akh Simun dan akh Afik di pojok masjid.
“Assalamu’alaikum. Gimana kabarnya, Akhi?”
“Wa’alaikumussalam. Alhamdulillah, akh. Tetap berseri sebagaimana mentari di pagi hari. By the way, ada apa nih, akh? Tumben-tumbennya mukanya kusut begitu.”
“Muka ane emang begini, akh.”
“Betul juga. Terus ada apa, akh?”
“Sebenarnya ane pengen minta tolong sama Ente.”
“Minta tolong apa? Sebagai saudara, ane pasti bantu kalau Ente punya masalah.”
“Ane pengen curhat. Sebetulnya bukan masalah ane, tapi masalah umat.”
“Owalah. Berat amat. Emang masalahnya apa?”
“Itu loh, sekarang saudara-saudara kita udah pada pindah jamaah!”
“Huaapaaa, yang boneenng? Eh, yang bener? Pindah gimana maksudnya?”
“Sekarang mereka jadi jamaah Facebookiyah.”
“Halah, kirain apaan.”
“Tapi ane serius, akh.”
“Muke lu jauh!”
“Ya sudahlah. Kok jadi ngomongin muka lagi sih, akh?”
“Betul juga.”
“Hm, begini. Sebagai ikhwan yang militan dan tak takut sama setan, ane cukup prihatin sama saudara-saudara kita itu.”
“Dan ane, sebagai ikhwan romantis yang optimis, cukup bingung dengan obrolan kita hari ini. Sebetulnya Antum mau ngomong apa sih, akh?”
“Bagaimana ane tidak kuatir. Makin hari saudara-saudara kita lebih aktif di dunia maya (Facebook) ketimbang hadir pada agenda-agenda di dunia nyata.”
“Ya mungkin mereka sibuk. Wajarlah, mereka kan para aktivis yang begitu padat akan agenda.”
“Kalau padat agenda, kok masih sempatnya Facebook-an?”
“Itu dia kehebatan mereka.”
“Ente masih ingat dengan wacana lama tentang Facebook buatan ‘Yahoo-di’?”
“Masih.”
“Bagaimana pendapat Ente saat itu?”
“Ane sih sah-sah saja ya. Meski dikabarkan sebagian besar keuntungan itu untuk pembiayaan perang melawan Palestina dan sebagainya, ane tetap stay cool dan nggak terlalu parno sama wacana itu. Toh, jika kita gunakan untuk dakwah akan sangat efektif dampaknya.”
“Yuups, sepakat ane dengan Ente.”
“Tapi mukanya biasa aja dong.”
“Tuh kan bahas muka lagi.”
“Betul juga.”
“Hm, waktu itu emang banyak saudara-saudara kita yang dilematis karena isu itu. Dan nggak sedikit yang akhirnya menutup akun Facebook mereka loh.”
“Ya bagus. Mungkin itu adalah tindakan preventif mereka dalam menghadapi yang syubhat tersebut.”
“Tapi bagi mereka yang berpandangan bahwa Facebook itu sangat potensial untuk dakwah, mereka akhirnya tetap menggunakan Facebook.”
“Betul. Bagaimanapun Facebook atau media sosial lainnya adalah sarana efektif dalam berdakwah. Coba bayangkan, kalau kita punya teman di Facebook itu ada 2000 orang, dan semuanya merasakan sentuhan dakwah kita. Wuih, mantap dah tuh. Jadi MLP!”
“Apaan tuh MLP?”
“Multi Level Pahala. Hehe.”
“Memang! Apalagi sekarang juga ada Twitter, di mana kalau kita nge-twet sekali, itu akan tersebar ke seluruh teman-teman yang follow kita. Kalau yang follow kita ada satu juta orang, terus kita nge-twet tentang suatu kebaikan, sebanyak itu pula yang mendapat manfaat dari kita.”
“Luar biasa, ya. Marketing dakwah yang efektif.”
“Memang.”
“Omong-omong, Ente punya akun Twitter?”
“Enggak.”
“Yee… jangan ngomong kalo gitu.”
“Abis ane nggak ngerti cara pakainya sih. Hehe.”
“Gaul dong makanya.”
“Ente punya?”
“Enggak.”
“Yee, ‘kaburomaqtan’ juga Ente…”
“By the way, kalau diperhatikan sekarang-sekarang ini malah banyak dari saudara-saudara kita yang sudah tidak membawa semangat tersebut.”
“Semangat apa?”
“Ya semangat ber-Facebook untuk dakwah itu.”
“Ooh…”
“Kok cuma ‘Ooh’?”
“Itu semua memang kembali kepada motif kenapa mereka punya Facebook.”
“Nah, itu dia. Kalau ane tanya, Ente punya Facebook buat apa?”
“Kebutuhan diri, eksistensi.”
“Sebetulnya kalau untuk eksistensi, kurang tepat juga Ente pilih Facebook. Toh ane yakin, teman-teman Ente di Facebook adalah teman-teman Ente di kampus juga kan? Setiap hari ketemu di kampus, kenapa juga punya Facebook?”
“Betul juga. Tapi bagaimana kalau mau komunikasi saat nggak ketemu di kampus?”
“Kan bisa lewat HP atau email. Atau kalau mau lebih kongkret, ya jauhlah aja. Datengin tuh rumahnya.”
“Betul juga. Kalau Ente punya Facebook kenapa?”
“Untuk berbaur dengan teman-teman, dong. Agar tidak eksklusif. Dakwah itu kan tidak boleh eksklusif.”
“Memang, tapi saking eksklusifnya, jangan sampai jadi alay. Ane perhatikan isi status saudara-saudara kita begitu. Kalau yang ikhwan, paling nggak jauh tentang akhwat atau kebelet nikah melulu. Kalau akhwat, ya paling curhat abis makan ini, abis kerjain itu, abis mikirin anu, abis ngurusin ono. Macem-macem dah tingkahnya.”
“Oh, begitu ya? Hehe. Hm, kalau soal akhwat itu lain, akh. Itu adalah sebuah azzam yang memang harus kita niatkan sejak dini.”
“Azzam sih azzam. Tapi salah tempat, akh. ‘Afwan nih ya, nikah itu bukan untuk dibicarakan, tapi disiapkan! Kalau udah siap, gak usah banyak omong, langsung khitbah dong.”
“Belum pede kali, akh. Hehe.”
“Kalau inklusif disalahartikan, jadinya malah bisa kebablasan, akh. Yang ane kuatirkan adalah, kalau begini terus, izzah Islam malah jadi taruhannya. Setiap online, saudara-saudara kita actionnya nggak penting melulu, seperti curhat, ngomongin hal-hal yang sebetulnya tidak untuk dipublikasikan, atau bahkan berujung pada pembukaan aib sendiri atau aib orang lain.”
“Mungkin menurut Ente nggak penting, tapi bagi mereka itu penting, akh.”
“Hm, ane maklum, akh. Itu memang wajar kalau sebagai manusia ingin diperhatikan. Tapi ini juga soal umat, akh. Mereka butuh contoh atau keteladanan. Kalau kita-kita, yang notabene aktivis dakwah malah kurang bisa jadi contoh dan kurang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, lantas apa bedanya kita yang sudah tarbiyah dengan mereka yang belum tarbiyah?”
“Wah, muka Ente serius banget, akh.”
“Tuh kan muka lagi.”
“Betul juga. Terus, menurut Ente bagaimana?”
Punya Facebook, kalau nggak untuk dakwah, mendingan nggak usah!
“Mantap! Ane suka nih ikhwan yang kaya begini.”
“Idiih…”
“Enak aja. Ane normal, akh. Tapi bener kata Ente, ane jadi ingat kata ustadz yang mengutip perkataan Imam Syafi’i.”
“Yang kaya gimana tuh?”
“Tapi ane lupa, akh.”
“Diingat-ingat, dong.”
“Tunggu, biar ane coba ingat-ingat dulu…”
“……”
“Aha! Ane tahu, akh!”
“Nah gitu dong, jadi apa?”
“Ane tahu kalau ane belum ingat, akh.”
“*&*&#$%#@!”
“Tapi secara garis besarnya ane tahu, akh.”
“Buruan deh, sebelum muka ane jadi nggak enak nih.”
“Kalau muka Ente mah emang udah dari tadi…”
“Buruan!”
“Jadi kurang lebih begini: Andai kata Al-Qur’an itu hanya berisi surat Al-‘Ashr, maka sesungguhnya surat Al-’Ashr telah cukup menjadi pedoman seluruh manusia untuk selamat dalam hidup ini.”
“Nah, itu dia. Begitu pula dengan ber-Facebook. Kalau digunakan tidak untuk hal yang bermanfaat, jadinya kita malah merugi deh.”
“Iya, sudah rugi waktu, tenaga, pikiran, biaya, dan jelas itu juga merugikan orang lain.”
“Kok bisa merugikan orang lain?”
“Secara umum, orang lain jadi rugi karena capek-capek baca hal-hal yang nggak penting dari kita. Lalu orang tua juga jadi rugi, karena listrik di rumah dan uang yang kita pegang itu kan masih pemberian orang tua. Eh kita buat yang begituan. Sayang banget.”
“Tumben Ente bijak, akh.”
“Dari dulu kali.”
“Eh, by the way, jam berapa sekarang, akh?”
“Hm, jam 13.58 WIB. Kenapa? Ente ada kelas lagi?”
“Iya, ane ada kelas Metodologi Penelitian. Dosennya disiplin. Ane nggak boleh telat, akh. Yaudah, ane pamit dulu ya. Syukron nih udah nemenin ngobrol.”
“Iya, akh. ‘Afwan. Sukses ya! Lain kali kita ngobrol lagi. Ok?”
“Siip. Wassalamu’alaikum!”
“Wa’alaikumussalam.”
Hening. Angin sesekali bergerak mengusir panas kala itu. Sebagian mahasiswa di masjid ada yang pergi, kemudian ada yang datang kembali. Sementara geliat kampus masih seperti sedia kala, hingga turut membawa senja tiba. Akh Afik, yang kala itu sedang di warnet, membuka Facebook-nya dan tiba-tiba mendapati status terbaru akh Simun: Dosen met-lit galak banget sih! Masa telat semenit nggak boleh masuk!?
Akh Afik hanya tersenyum melihat tingkah saudaranya yang satu itu. Kemudian ia gerakkan jarinya dan menulis sebuah status yang entah ia tujukan kepada siapa: Sebentar begini, sebentar begitu, dasar ikhwan labil!


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/04/19


untuknya yaang kutak tau siapa .


dia..
sebuah nama yang belum tereja..
dia..
sebuah rupa yang belum tersketsa..
dia..
sebuah sosok yang entah dimana..
dia..
calon nahkoda sebuah biduk rumah tangga..
dia..
kuyakin ada karna hati yang merasa..
Rabb, jaga ia di manapun berada.. Mudahkan langkahnya.. Tunjukkan jalannya.. Luruskan niatnya.. Bulatkan tekadnya.. Mantapkan hatinya.. Berkahilah rizkinya.. Hingga akhirnya, KAU pertemukan aku dengannya Dalam suatu ikatan suci nan mulia.. Mitsaqan ghalizha

Selasa, 17 April 2012

Ga Gaul kalo Berjilbab? Kuno tau ..

“Takut dibilang ga Gaul kalo berjilbab?? Kuno deh..”

Pasti teman-teman berpikiran seperti itu kan?? Make jilbab? Katro deh, panas tau ?!! Gerah lagi,, kampungan deh ya.. mungkin dengan alasan lain, ga leluasa deh kalo make jilbab itu.. Olahraga ga enak, naik motornya ga enak, ribettttt....
Ehmm..
Jangan salah guys, justru dengan make jilbab Qta gak bebas ngelakuin kegiatan apapun, terhindar pula dari berbagai macam penyakit kulit selain itu kita juga masih bisa tetep modern kok make jilbab juga. Tau kan kalo kulit Qta itu terdiri dari jaringan epidermis, dermis & subcontaneus layer. Kebanyakan juga penyakit kulit itu terkena dari sinar UV matahari, pada tau tentunya sinar UV itu apa??

Sinar UV adalah sinar yang tak nampak dari energi yang dipancarkan matahari.

Nah, walaupun sinar UV memiliki manfaat bagi kesehatan, salah satunya membantu pertumbuhan vitamin D pada pembentukan tulang dan itu terjadi sebelum pukul 9 pagi. Dan melebihi jam 9 pagi sampai 4 sore, sinar ini malah bisa membahayakan buat kesehatan kulit kita, salah satunya itu bisa menyebabkan flek hitam bahkan kalo terus-terusan kena sinar matahari bisa terkena kanker kulit. Na’udzubillah..
Bahasa ilmiahnya gini, “sinar matahari merangsang melanosit (sel-sel melanin) untuk mengeluarkan melanin, akibatnya jaringan kolagen dan elastin akan rusak. Jaringan kolagen dan elastin ini sangat berperan penting untuk menjaga keindahan dan kelenturan kulit.”
Gak mau kan, kulit yang mulus dan putih ini kena flek hitam?bahkan kena kanker kulit?? Na’udzubillah, pastinya gamau donk.. Ya walaupun sekarang ini banyak produk yang menawarkan agar kulit kita terhindar dari flek hitam dan sebagainya. Produk itu ga melindungi secara total kulit kita dari sinar matahari. Produk itu pun hanya bisa mencegah dengan pemakaian yang terus menerus, tau kan itu dari bahan kimia, dan kalo kulit kita terus-terusan kena bahan kimia, ga baik juga donk.. alhasil bukan mulus yang didapat, yang ada malah kemerah-merahan, butuh budget lebih juga kan buat beli produk itu??

Guys, Allah itu gak akan menyusahkan hambanya,, Allah punya cara yang ga butuhin budget berlebih kok, sehingga dianjurkan untuk melindungi tubuh dengan jilbab. Jilbab itu kewajiban buat muslimah loh, jilbab juga punya banyak manfaat. Make jilbab justru lebih leluasa buat aktivitas kita. Takut dibilang gak gaul?? Salah banget, justru make jilbab kita masih bisa gaul kok. Jilbab juga gak sekedar menjaga iman dan takwa buat yang makenya tapi juga membuat kulit kita lebih terlindungi dari penuaan, penyakit seperti flek hitam atau bahkan kanker kulit. Na’udzubillahimindzalik..


makalah keterampilan dasar mengajar menjelaskan



BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
            Pendidik merupakan seseorang yang penting dalam rangka berlangsungnya suatu pendidikan. Guru sebagai seorang pendidik hendaknya memiliki delapan keterampilan dasar mengajar, yaitu keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan memberi penguatan, keterampilan membimbing diskusi, keterampilan mengelola kelas,dan terakhir  keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
            Di dalam makalah ini kami akan membahas keterampilan dasar mengajar menjelaskan. Tim Permik (2008:11) menjelaskan :
     Memberikan penjelasan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari kegiatan guru. Interaksi di dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan, baik oleh guru sendiri, oleh guru dan siswa, maupun siswa dengan siswa, maka terjadilah yang disebut multi interaksi.

Dalam kegiatan belajar-mengajar, Menjelaskan merupakan tindakan yang banyak dilakukan, terutama oleh guru. Apabila seorang guru menjelaskan, artinya guru tersebut memberikan informasi sedemikian rupa sehingga siswa benar-benar mengerti dan memahami apa yang di informasikan oleh guru.
Keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
B.        Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1.   Apa keterampilan menjelaskan?
2.   Mengapa keterampilan menjelaskan perlu dikuasai oleh guru?
3.   Apa tujuan dan manfaat keterampilan menjelaskan?
4.   Apa komponen keterampilan menjelaskan?
5.   Apa prinsip- prinsip penggunaan keterampilan menjelaskan?

C.     Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini, adalah sebagai berikut:
1.      Pengertian dan pemahaman tentang keterampilan menjelaskan.
2.      Alasan keterampilan menjelaskan perlu dikuasai oleh guru.
3.      Tujuan dan manfaat keterampilan menjelaskan.
4.      Komponen keterampilan menjelaskan.
5.      Prinsip- prinsip kegunaan keterampilan menjelaskan.

D.     Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari:
BAB I Pendahuluan dalam bab ini mengemukakan latar belakang makalah, batasan masalah, rumusan masalah,  tujuan makalah dan sistematika penulisan;
BAB II Pembahasan Pada bab ini membahas serta menganalisa Resume Bab 2 yang berjudul Keterampilan Menjelaskan.
BAB III Simpulan Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh atas hasil penelitian dari beberapa pendapat para ahli beserta kesimpulan dari kajian realita tentang keterampilan menjelaskan; serta Daftar Rujukan.
BAB II
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR MENJELASKAN
A.     Pengertian Keterampilan Menejelaskan
Menjelaskan adalah penyajian informasi lisan yang diorganisir atau diorganisasikan secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukan hubungan sebab akibat, antara yang diketahui dengan yang belum diketahui, antara hukum (dalil definisi) yang berlaku umum dengan bukti atau contoh sehari-hari.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “menjelaskan” berawal dari kata “jelas” yang artinya terang; nyata; gamblang; tegas; tidak ragu- ragu atau bimbang, dan “menjelaskan” berarti menerangkan; menguraikan secara terang.
Memberikan penjelasan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari kegiatan guru. Interaksi didalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan, baik oleh guru sendiri, oleh guru dan siswa, maupun siswa dengan siswamaka terjadilah yang disebut multi interaksi.
Dapat disimpulkan menurut kelompok kami yang dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar menjelaskan dalam pembelajaran ialah keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu bagian dengan lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok, merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasn merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kegiatan seoang guru. Interaksi di dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan baik oleh tenaga pendidik sendiri, oleh tenaga pendidik dan peserta didik, maupun antar peserta didik.
B.     Alasan Keterampilan Menjelaskan Perlu Dikuasai Oleh Guru
Ada beberapa alasan kenapa keterampilan menjelaskan perlu dikuasai oleh guru, antara lain :
1.      Hampir sebagian guru kegiatannya adalah menjelaskan
2.      Akibat kurang sumber yang tersedia, hal ini memerlukan penjelasan guru
3.      Tidak semua siswa mampu menggali pengetahuan dari buku/ sumber yang ada, untuk menanggulangi hal itu guru membantu dengan cara menjelaskan.

C.     Tujuan dan Manfaat Keterampilan Menjelaskan
      Ada beberapa tujuan dan manfaat dari keterampilan menjelaskan, yaitu :
1.      Membimbing peserta didik memahami konsep, hukum, prinsip atau prosedur
2.      Membimbing peserta didik menjawab pertanyaan secara bernalar
3.      Melibatkan peserta didik untuk berpikir
4.      Mendapat balikan mengenai pemahaman peserta didik
5.      Membantu peserta didik menghayati beberapa proses penalaran.

D.     Komponen Keterampilan Menjelaskan
Secara garis besar, komponen keerampilan menjelaskan terbagi dua yaitu merencanakan dan menyajikan.
1.      Merencanakan
      Dalam merencanakan ini ada duua hal yang harus diperhatikan, yaitu isi pesan yang akan disampaikan, dan penerima pesan itu sendiri (siswa).
a)      Yang berhubungan dengan isi pesan (materi) hal ini mencakup:
·  Menganalisis masalah secara keseluruhan. Dalam hal ini termasuk mengidentifikasi unsure-unsur apa yang akan dihubungkan dalam penjelaskan itu.
·  Menentukan jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang dikaitkan itu.
·  Menggunakan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.
b)      Yang berhubungan dengan penerima pesan (siswa)
      Menerangkan suatu penjelasan harus mempertimbangkan penerima pesan, yaitu kepada siapa penjelasan itu hendak disajikan. Berhasil tidaknya penjelasan tersebut sangat tergantung kepada kesiapan anak (siswa) yang mendengarnya. Kesiapan siswa memahami suatu penjelasan berkaitan erat dengan usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang social, dan lingkungan belajar.
      Ada tiga pertanyaan yang harus membembing seseorang untuk merencanakan suatu penjelasan, yaitu:
1.      Apakah penjelasan itu cukup relevan dengan  pertanyaan yang diajukan siswa.
2.      Apakah penjelasan itu memadai, yakni mudah diserap siswa melalui apa yang telah diketahuinya.
3.      Apakah penjelasan itu cocok denga khazanah pengetahuan anak pada waktu itu.
2.      Menyajikan suatu penjelasan
      Pelaksanaan atau penyajian dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan sub komponen dibawah ini:
a)      Kejelasan
      Bahasa yang diucapkan harus jelas kata-katanya, ungkapan maupun volume suara. Pembicaraan dilakukan dengan lancer, dengan menghindari kata-kata yang tidak perlu. Kalimat disusun dengan tata bahasa yang baik, dengan menghindari kalimat yang tidak lengkap. Istilah-istilah teknis ataupun istilah baru harus didefinisikan dengan jelas, dan hindarilah istilah-istilah dan ungkapan yang meragukan. Guru juga hendaknya menggunakan waktu diam sejenak untuk melihat apakah yang dijelaskan telah dimengerti oleh siswa atau belum.
b)      Penggunaan contoh dan ilustrasi
      Penggunaan contoh haruslah dengan contoh yang jelas, nyata ada hubungannya dengan benda-benda yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehar-hari. Membuat variasi yang tepat dalam memberikan contoh-contoh ataupun meminta contoh yang beragam dari murid akan membuat penjelasan lebih menarik dan efisien. Pola pemberian contoh dengan mengaitkannya dengan generalisasi diikuti dengan contoh-contoh pernyataan tadi, dan disimpulkan dengan mengulang pernyataan pertama.
      Terdapat dua pola yang mempunyai efektivitas tinggi dalam menghubungkan contoh dan ilustrasi, yaitu:
1.         Pola induktif, yang memberikan contoh-contoh terlebih dahulu dan akhirnya dari contoh-contoh tersebut ditarik kesimpulan umum atau dalil (rumus)
2.         Pola deduktif, yang menggunakan contoh-contoh digunakan untuk memperjelas atau memperinci lebih dalam suatu hukum atau generalisasi yang telah diberikan lebih dulu.
      Dalam penggunaan pola ilustrasi dan contoh ini adalah penggunaan kata-kata penghubung dan ungkapan-ungkapan khusus secara teknis kata-kata digunakan untuk menghubungkan ide-ide dalam suatu pelajaran membentuk kelompok istilah.

c)      Pemberian tekanan
      Dalam suatu penjelasan guru harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah pokok dan cara pemecahannya, serta mengurangi informasi yang tidak begitu penting. Untuk memudahkan belajar pusatkan perhatian kepada hal-hal yang mendasar dari masalah yang dibicarakan, kurangi pembicaraan yang kurang penting. Subketerampilan memberikan penekanan ini dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu :
1.      Mengadakan variasi dalam gaya mengajar guru. Kecepatan suara dapat divariasikan untuk memberikan tekanan. Variasi lain dari gaya mengajar guru adalah mimic dan gerak badan yang dapat pula digunakan dalam memberikan penekanan.
2.      Membuat struktur sajian, yaitu memberikan informasi yang menunjukan arah atau tujuan utama sajian, hal ini dapat dilakukan dengan tiga cara :
a.    Dengan memberikan ikhtisar dan pengulangan. Ikhtisar dapat ditempatkan pada permulaan, akhir, atau pada selama pelajaran berlangsung.
b.   Dengan memparafrase jawaban siswa. Artinya sebagai menerima dan menggunakan pendapat mereka untuk memberikan penguatan.
c.    Memberikan tanda lisan. Dapat berupa kata-kata seperti “pertama”, “kedua”, “terutama”, dan yang berupa ungkapan seperti “yang terpenting adalah”, “kita nilai dengan, perhatikan baik-baik konsep ini”, dan sebagainya.
d.   Balikan, dalam menyajikan penjelasan, guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa menunjukan pemahaman ataupun keraguannya ketika penjelasan itu berlangsung. Guru perlu melakukan penyesuaian dalam penyajiannya, misalnya kecepatan, memberikan contoh tambahan atau penggunaannya, atau mengulangi kembali hal-hal yang penting. Balikan dapat dihubungkan dengan minat dan sikap murid, murid biasanya senang mendiskusikan minat mereka dan kegiatan mereka sehari-hari. Oleh sebab itu, bertanya “apakah kalian mengerti tentang penjelasan tadi?”, juga lebih penting ditanyakan “apakah penjelasan tadi mempunyai makna untuk kalian?”

E.      Prinsip – Prinsip Penggunaan Keterampilan Menjelaskan
Agar keterampilan dasar menjelaskan dalam pembelajaran dapat berguna dengan baik, ada beberapa prinsip yang perlu kita perhatikan. Prinsip-prinsip penggunaan keterampilan dasar mengajar tersebut adalah :
1.      Penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah, ataupun di akhir jam pertemuan (pelajaran), tergantung pada keperluannya. Penjelasan tadi dapat juga diselingi dengan tujuan pembelajaran.
2.      Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran.
3.      Kita dapat memberikan penjelasan apabila ada pertanyaan dari peserta didik ataupun yang telah kita rencanakan sebelumnya.
4.      Materi penjelasan harus bermakna bagi peserta didik.
5.      Penjelasan harus sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik.\

F.      Gaya Belajar Visual, Auditori, dan Kinestetik 
Dalam buku Quantum Learning dipaparkan 3 modalitas belajar seseorang yaitu : “modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun masing-masing dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modlaitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya”.


1. Visual (belajar dengan cara melihat)
Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

Ciri-ciri gaya belajar visual :
a.       Bicara agak cepat
b.      Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
c.       Tidak mudah terganggu oleh keributan
d.      Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
e.       Lebih suka membaca dari pada dibacakan
f.        Pembaca cepat dan tekun
g.       Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
h.       Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
i.         Lebih suka musik dari pada seni
j.        Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :
a.       Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
b.      Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
c.       Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
d.      Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
e.       Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)
Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang2 saja. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

Ciri-ciri gaya belajar auditori :
a.       Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
b.      Penampilan rapi
c.       Mudah terganggu oleh keributan
d.      Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
e.       Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
f.        Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
g.       Biasanya ia pembicara yang fasih
h.       Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
i.         Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
j.        Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
k.      Berbicara dalam irama yang terpola
l.         Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara


Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
a.       Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
b.      Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
c.       Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
d.      Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
e.       Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.

3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
a.       Berbicara perlahan
b.      Penampilan rapi
c.       Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
d.      Belajar melalui memanipulasi dan praktek
e.       Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
f.        Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
g.       Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
h.       Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
i.         Menyukai permainan yang menyibukkan
j.        Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
k.      Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
a.       Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
b.      Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
c.       Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
d.      Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
e.       Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.
Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.

G.     Gaya visual
Pembelajar dengan gaya visual akan lebih baik menyerap informasi yang didapatkan melalui gambat, video, graifs, dan teks buku. Orang-orang dengan tipe ini akan mendapatkan keuntungan ketika informasi disajikan melalui proyektor, papan tulis, dalam sebuah kertas, atau buku
Penyuka gaya visual biasanya selalu memastikan catatan yang mereka buat dengan detil, dan selalu menyediakan waktu ekstra hanya untuk mereview kembali informasi yang didapatnya dengan membaca buku. Seringkali, pembelajar gaya visual juga membuat sebuah gambar dan diagram ketika mencoba untuk memahami suatu subjek. Gaya auditori Pembelajar dengan gaya auditori akan merasa lebih efektif menyerap informasi hanya dengan mendengarkan materi yang dipresentasikan dosen atau pembicara, melalui rekaman suara, dan bentuk lain dari komunikasi verbal.
Ketika seorang dengan gaya visual lebih nyaman dengan membaca buku atau menyaksikan melalui video, maka pembajar auditori merasa lebih baik dengan menghadiri sebuah kelas perkuliahan untuk mendengarkan langsung dari sang dosen. Gaya taktil
Pembelajar dengan tipe taktil akan menyimpan informasi dengan baik jika turut terlibat dan berpartisipasi, sehingga ia bisa bergerak dan melakukan sentuhan langsung. Pembelajar tipe ini juga dikenal dengan pembelajar tipe kinestetik. Contoh dari gaya ini, biasanya bagi para siswa yang belajar bidang otomotif. Mereka akan mampu memelajari lebih baik dengan langsung mengutak-atik mobil daripada duduk di kelas mendengarkan dosen atau membaca buku. Lainnya, akan sangat antusias ketika ditugaskan untuk melakukan percobaan di laboratorium.
Gaya logis Seseorang yang unggul dalam matematika dan memiliki keterampilan yang kuat penalaran logis biasanya masuk kategori pembelajar logis. Mereka melihat pola cepat dan memiliki kemampuan yang tajam untuk menghubungkan informasi yang tampaknya tidak masuk akal bagi orang lain. Pembelajar gaya logis akan menyimpan informasi dengan lebih baik melalui gambaran koneksi yang dibuatnya setelah mengorganisir segala informasi yang didapat.
Gaya sosial Pembelajar gaya sosial biasanya unggul dalam menulis dan kemampuan komunikasi verbalnya. Orang-orang dengan tipikal ini akan gampang berbicara dengan orang lain dan sering memahami perspektif mereka. Oleh karena itu, tak jarang orang akan meminta nasehat dari para pembelajar gaya sosial ini. Mereka juga dikenal bisa bekerja baik dalam kelompok dan menyukai berkonsultasi dengan guru secara individual.
Gaya soliter Pembelajar gaya soliter biasanya lebih suka bekerja sendiri dalam bentuk yang lebih privasi. Mereka tidak tergantung kepada orang lain atau mengharapkan bantuan orang lain dalam memecahkan masalah studinya. Orang dengan tipe ini akan menganalisa apa yang mereka pelajari dengan preferensi dan metode sendiri. Dengan kesenangannya bekerja sendiri, sangat memungkinkan mereka akan membutuhkan waktu lebih banyak untuk memecahkan permasalahan.
BAB III
SIMPULAN
A.     Simpulan
Menjelaskan : Penyajian informasi lisan yang diorganisir atau diorganisasikan secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukan hubungan sebab akibat, antara yang diketahui dengan yang belum diketahui, antara hukum (dalil definisi) yang berlaku umum dengan bukti atau contoh sehari-hari.
Alasan kenapa keterampilan menjelaskan perlu dikuasai oleh guru, adalah hampir sebagian guru kegiatannya adalah menjelaskan, akibat kurang sumber yang tersedia, hal ini memerlukan penjelasan guru, tidak semua siswa mampu menggali pengetahuan dari buku/ sumber yang ada, untuk menanggulangi hal itu guru membantu dengan cara menjelaskan.
      Beberapa tujuan dan manfaat dari keterampilan menjelaskan adalah membimbing peserta didik memahami konsep, hukum, prinsip atau prosedur, membimbing peserta didik menjawab pertanyaan secara bernalar, dan melibatkan peserta didik untuk berpikir.
Secara garis besar, komponen keerampilan menjelaskan terbagi dua yaitu merencanakan dan menyajikan.
Prinsip-prinsip penggunaan keterampilan dasar mengajar diantaranya adalah penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah, ataupun di akhir jam pertemuan (pelajaran), tergantung pada keperluannya. Penjelasan tadi dapat juga diselingi dengan tujuan pembelajaran dan penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran.